Rekayasa Kehutanan ITB 2012: Tunjang Kegiatan Akademik dengan Kuliah Lapangan
CIAMIS, itb.ac.id-Demi menunjang kegiatan perkuliahan dan praktikum di kelas maupun di laboratorium, Mahasiswa Mata Kuliah Taksonomi Hewan Program Studi Rekayasa Kehutanan ITB 2012 menyelenggarakan Kuliah Lapangan ke Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran dan Pantai Batu Karas. Kuliah lapangan yang berpeserta lebih dari 40 mahasiswa tersebut dilaksanakan pada Kamis-Minggu, (14-17/11/13).
Kuliah Lapangan adalah kegiatan akademik yang dilakukan di luar kelas yang dapat dilakukan di luar kampus ataupun di dalam kampus. Ilmu Hayati merupakan keilmuan yang berhubungan atau mempelajari makhluk hidup. Makhluk hidup tersebut seringkali tidak dapat disediakan dalam skala laboratorium atau kegiatan praktikum.”Jika mahasiswa hanya melakukan kegiatan praktikum maka kegiatan tersebut akan terbatas pada organisme-oraganisme yang telah dikoleksi dan perlu cakupan yang lebih luas dengan melihat langsung ke lapangan. Untuk itulah praktikan atau mahasiswa membutuhkan kuliah lapangan”, jelas Arni Rahmawati F. S. (Koordinator Asisten Praktikum Taksonomi Hewan).
Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran merupakan salah satu daerah konservasi yang terletak di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, sedangkan Pantai Batu Karas merupakan pantai daerah wisata yang sebelumnya telah terkena tsunami dan sedikit aktivitas manusia. Kedua kawasan tersebut dirasa cocok karena memiliki kelimpahan hewan yang cukup bagi kegiatan kuliah lapangan.
Mengamati Makhluk Hidup dalam Bentuk Asli
Selama beberapa hari, para mahasiswa akan mengamati berbagai hewan dari berbagai taksa, invertebrata laut, arthopoda, ikan, burung, reptil, mamalia, dan amphibi di kedua tempat tersebut. Hewan-hewan dari berbagai taksa yang dijumpai akan diambil untuk dikoleksi (sampling destruktif). Namun, tak semua taksa hewan dilakukan sampling, untuk burung dan mamalia mahasiswa hanya mengamati dan mencatat perilaku dan morfologi (karakter tampak dari hewan), mengingat keeksisan kedua taksa tersebut di alam (sampling non destruktif).
Dalam kuliah lapangan kali ini, mahasiswa dapat mengamati makhluk hidup dalam bentuk asli, melihat karakter morfologi secara langsung dan perilaku hewan tersebut. “Keuntungan melakukan kuliah lapangan, mahasiswa dapat melihat apa yang tidak dapat disediakan oleh kegiatan praktikum. Jika biasanya pada praktikum mahasiswa akan menjumpai awetan hewan, kini mahasiswa dapat melihat warna, ukuran, cara mereka makan bahkan nilai estetika yang dimiliki setiap hewan secara langsung”, ujar Arni.
Pengamatan hewan dilakukan dengan dua metode yaitu spotting di suatu area lalu mengamati dan mengoleksi hewan yang ada di area tersebut dan cruising dengan melewati suatu jalur, dalam kegiatan ini mahasiswa melakukan trekking kurang lebih 6 km, hal tersebut dilakukan untuk memperluas daerah pengambilan sampling. Pengamatan juga dilakukan pada siang dan malam hari. Hal tersebut dilakukan agar seluruh taksa teramati, mengingat ada beberapa hewan diurnal (aktif di siang hari) dan nokturnal (aktif di malam hari). Setelah sampling dilakukan, hewan yang didapat dipreservasi (diawetkan) lalu dilakukan pendeterminasian (mengelompokan species pada suatu taksa tertentu berdasarkan karakter yang diamati) di dalam laboratorium.
Pengalaman yang Tak Terlupakan
“Dengan dilakukannya kuliah lapangan, sesuai dengan program studi saya, Rekayasa Kehutanan, saya tahu secara garis besar medan kerja yang akan saya hadapi nantinya. Saya dapat mengaplikasikan apa yang saya dapat di kelas dengan mengamati hewan secara langsung. Tentu merupakan pengalaman yang tak terlupakan berkesempatan melihat hewan liar di alam, melihat elang dan rangkong terbang di atas kita”, cerita Sisca Tri Wijayanti (Rekayasa Kehutanan 2012), salah satu peserta kuliah lapangan.
Kegiatan kuliah lapangan memang perlu bagi mahasiswa Rekayasa Kehutanan, agar mahasiswa dapat melihat dan mempelajari medan yang akan diterapkan pada dunia kerja nanti. Sebelumnya, mahasiswa Rekayasa Kehutanan ITB telah melakukan beberapa kali kuliah lapangan ke Taman Buru Masigit Kareumbi dan Taman Margasatwa Ragunan, serta kuliah lapangan di dalam kampus, dan di daerah sekitar Bandung.
Sumber: Berita ITB